Pelantar.id- Membangun objek wisata tidak melulu hanya menyodorkan keindahan alam. Daya tarik wisata dapat diciptakan dengan item lain seperti menghadirkan atraksi atau menyatukan tata kehidupan masyarakat lokal bersama objek wisata.

Tepatnya seperti membangun kampung wisata yang baru-baru ini digencarkan oleh Kementrian Pariwisata di Indonesia. Adalah Kampung Terih, sebuah kampung wisata yang di bangun oleh masyarakat Kampung Terih, Kecamatan Nongsa, Batam Kepulauan Riau.

Luasnya sekitar 12 hektar, posisinya berhadapan langsung dengan Batam Centre, dan dibatasi oleh laut dangkal. Suksesi pembangunan kampung wisata ini juga tak terlepas dari kerja sama dengan Penjelah Alam Kepri (PARI).

Sebelum disulap menjadi Kampung Wisata, Kampung Terih adalah Kampung kecil dipesisiran Nongsa yang menawarkan pemandangan laut dan bakau yang rimbun. Kampung ini sederhana dan tidak begitu luas.

Memang, didominasi dengan rimbunan pohon bakau di pinggirannya. Dari kampung ini, kita juga bisa melihat maskot ‘Welcome to Batam’ di seberang. Aktivitas masyarakat setempat tak terlepas dari mata pencarian melaut.

Dan pemandangan hilir-mudik nelayan menjadi potret tersendiri. Mungkin Anda akan mendapati nelayan baru turun melaut atau baru pulang membawa hasil tangkapannya. Bergantung kapan waktunya berkunjung ke sini.

Pada pagi hari, di antara nelayan yang ‘kedapatan’ pulang membawa hasil tangkapannya. Pada umumnya mereka lebih senang menangkap kepiting dan udang. Tak jarang ada pengunjung yang menyetop mereka ntuk membeli hasil tangkapan itu.

Mungkin hal itu menjadi nilai tambah bagi kampung ini dan tak salah jika kampung ini dipilih menjadi Kampung Wisata terbaru.

 

Berawal dari Sambutan Keindahan

Dari sisi keindahan, pertama kali memasuki kampung yang terekam dibenak tentang ciri khas kampung ini adalah kejutan pemandangan yang diberikan. Berawal beberapa meter sebelum memasuki gapura kampung, kita langsung disuguhkan pemandangan laut.

Bonus penampakan Giant Letter-nya Welcome to Batam terlihat jelas bila sudah merapat ke pesisir. Di depan kampung ini di bangun pelantar kayu yang menjorok beberapa meter ke tengah laut.

Di depan pelantar, para nelayan di sana ‘memarkirkan’ perahu-perahu mereka. Pelantar kayu juga menjadi daya tarik dari kampung tua ini. Di pelantar itu juga sebagai tempat favorit pengunjung untuk ‘berbidik’ berlatar laut dan duduk santai menghabiskan waktu.

Suasana di kampung Terih sangat mendukung untuk penggemar ketenangan. Menghabiskan waktu sore dipelantar Kampung Terih juga pilihan yang tepat karena disambut dengan pemandangan matahari terbenam. Tidak tampak utuh, tapi cahaya sunset-nya selalu mewarnai sore di kampung tua ini. 

Semakin Sempurna setelah Menjadi Kampung Wisata

 Dulu tak banyak yang tahu keberadaan Kampung Terih sebagai tempat asik untuk bersantai dan menikmati pamandangan pagi-sore. Sejak menjadi Kampung Wisata tahun ini, Kampung Terih semakin populer.

Kampung Wisata ini berhasil berkat integrasi dan kerja sama warga setempat dengan pegiat alam dan wisata (PARI). Pembangunan Kampung Terih ini sedikitnya dapat menggerakkan masyarakat setempat untuk sadar wisata sekaligus membantu mereka untuk menghidupkan mata pencarian baru dari wisata.

Mulai November lalu, warga dan penggiat sudah menggarap kampung ini menjadi kampung yang tidak hanya cantik dari segi pemandangan tetapi juga menjadi kampung yang berdaya serta menjadi destinasi Baru di Batam. Hingga saat ini dipekirakan sudah 500 meter lahan yang sudah digarap untuk memperluas destinasi.

“Masih terus dikembangkan secara bertahap, dan luasnya semakin bertambah sejak semula,” kata Nunung, dari PARI yang ikut mengelola tempat itu.

Kampung Terih ditambahkan konsep baru yakni pengembangan kampung ekowisata berupa wisata pantai, mangrove, edukasi, budaya dan sejarah. Bagi yang senang dengan foto-foto instagramble, kampung ini menyediakan berbagai spot menarik untuk berfoto-foto, di antaranya spot pelantar, spot di pohon hingga taman-taman kecil.

Kampung Terih tidak memiliki pasir pantai yang lebar. Di kanan dan kiri di apit oleh rimbunan bakau. Hutan bakau ikut diberdayakan agar bisa dimanfaatkan sebagai tempat berkunjung hingga tempat kemping. Setelah dikerjakan Pari dan masyarakat setempat, hutan bakau di Kampung Terih dapat ditapaki. Di dalam hutan bakau juga sedang di bangun pelantar sepanjang 100 meter.

Dalam hutan bakau telah di bangun tempat duduk-duduk, rumah pohon dan pondok – pondok kecil di pinggiran hutan bakau hingga rumah pohon bertingkat. Rumah pohon bertingkat tiga tersebut berada diketinggian 17 m, disiapkan menjadi salah satu titik berswafoto yang menantang adrenalin. Sedangkan pondok-pondok bakau yang di bangun berdekatan dengan perairan, dimanfaatkan untuk bersantai bagi pengunjung.

Di dalam hutan bakau ini dibuatkan lokasi penyelamatan satwa penyu. Jenis penyu yang sering terjaring adalah penyu hijau dan penyu sisik, jenis satwa yang dilindungi. Namun, penyu-penyu yang tertangkap di jaring atau kerambah dilokalisir ke tempat khusus di pantai Kampung Terih sebelum akhirnya dilepaskan kembali.

Sabtu dan Minggu adalah Hari Ramai di Kampung Terih. Pasalnya, warga setempat akan memanjakan lidah pengunjung dengan berbagai makanan khas salah satunya makanan laut.

Bagi pengunjung yang berkeinginan untuk menginap dengan menggunakan tenda, hutan bakau dapat menjadi lokasi alternative. Masyarakat setempat dan Pari nantinya akan melengkapi kampung wisata dengan fasilitas outdoor dan seaspot hingga fasilitas homestay.

Dalam rencana pembangunannya kampung ini diupayakan menjadi percontohan kampung tua lainnya di Batam yang dapat diperlakukan sama menjadi kampung wisata.

 

Asal Mula Kampung Terih

 Asal nama Terih dimaknai masyarakat setempat karena dulunya di sekitar pantai terdapat banyak batu-batu. Batu-batu itu ditambang untuk membangun, kini hanya tersisa kerikil-kerikil saja.

Terih diartikan batu-batu. Berwisata ke sini sekarang tidak hanya dapat menikmati pemandangannya tapi juga kearifan lokalnya.

Bila mengulik sejarahnya, Kampung Terih pada masa Perang Dunia ke II pernah menjadi basis bagi tentara Jepang. Kampung itu dijadikan sebagai gudang senjata di sepanjang pesisir pantai kampung Terih.

Hingga saat ini, jejak peninggalan tentara Jepang masih dijumpai di kampung Terih berupa tapak-tapak bangunan gudang. Kampung Terih menyimpan satu tradisi yang dapat menarik perhatian pengunjung berupa acara Mandi Syafar.

Mandi Syafar sebagai agenda tahunan yang cukup terkenal di Kampung Terih. Event mandi shafar ini diketahui sudah dilaksanakan selama 7 generasi di kampung Terih. Dilaksanakan pada hari Rabu minggu terakhir di Bulan Syafar atau baru beberapa waktu lalu dilaksanakan.

Tradisi ini dimaknai masyarakat setempat sebagai bentuk rasa syukur. Bentuk tradisi berupa membasuh air beras dan mengucapkan berbagai harapan-harapan (doa).

Akses

Kampung Terih berlokasi di daerah Nongsa. Masih satu arah jalan sebelum ke kawasan resort Palmspring. Tepatnya berada di pemakaman umum Nongsa. Untuk transportasi menggunakan transportasi pribadi karena harus menempuh jarak ratusan meter dari jalan raya Nongsa. Ke arah Nongsa bisa menggunakan bus trans rute Nongsa.

 

Oleh: Eliza Gusmeri