pelantar.id – Tahun ini kasus Gizi buruk meningkat di Kabupaten Karimun. Bila dibandingkan dengan tahun lalu, tahun ini jumlahnya hampir tiga kali lipat.

Tahun 2017 hanya ditemukan 3 kasus saja. Sementara tahun 2018, Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun mencatat 7 kasus.

Baru-baru ini Dinkes menemukan satu kasus lagi sehingga menjadi 8 kasus. Penderita ke 8 adalah seorang balita di Wonosari Kelurahan Baran Barat Kecamatan Meral, Kabupaten Karimun.

Penemuan gizi buruk ini berdasarkan laporan masyarakat setempat bayi tersebut kondisinya tak wajar. Setelah dibawa berobat ke Puskesmas Meral, Sang ibu, Asri akhirnya membawa sang bayi ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muhammad Sani sekitar tiga hari lalu.

Hingga saat ini, bayi tersebut masih dirawat di lantai tiga pada rumah sakit milik Pemkab Karimun.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun, Rahmadi mengatakan, saat ini kondisi anak sudah lebih baik dibanding dari empat hari sebelumnya. Saat terdeteksi berat badannya memang tak sesuai dengan usia yang seharusnya.

“Usianya baru tujuh bulan mau hampir delapan bulan. Berat hanya 3,2 kilogram, tidak sebanding antara usia dengan bobotnya. Jadi ini kategori gizi buruk. Saya sudah menjengik kemarin (Kamis-red) di ruang tempatnya dirawat. Didampingi oleh ibunya, Asri. Ternyata anak ini sempat sakit atau demam sebelum menderita gizi buruk,” kata Rahmadi, Jumat (26/10).

Karena sakit, maka balita tersebut menjadi tidak mau diberi ASI dengan jangka waktu lama. Mengakibatkan berat badannya semakin berkurang.

“Saat lahir, berat badannya normal yakni 2,3 kilogram. Sekarang hanya 3,2 kilogram. Dia memang susu ekslusif atau Air Susu Ibu (ASI). Jadi kalau diberi ASI tidak mau lama-lama, sampai sekarang masih seperti itu. Sehingga kita bantu dengan susu formula,” jelas Rahmadi.

Terlambat berobat

Diketahuinya balita di Wonosari Kelurahan Baran Barat Kecamatan Meral itu yang menderita gizi buruk tidak rutin membawa anaknya untuk diimunisi ke Posyandu setempat. Sehingga tidak dapat terdeteksi gejala yang ditimbulkan.

“Waktu baru-baru memang rutin (imunisasi), tapi dalam beberapa bulan belakangan ibunya tak membawanya ke posyandu. Ketika teman-teman Puskesmas ada kegiatan kunjungan kerumah-rumah warga, rumah yang bersangkutan selalu tutup. Dikira tidak ada orang, jadi memang tidak dapat terdeteksi. Barulah tetangganya yang datang melapor ke Puskesmas menceritakan kondisi anak tersebut, sehingga saat ini sudah dirawat di RSUD Muhammad Sani,” kata Rahmadi.

Pemulihan penderita gizi buruk diakui Rahmadi memakan waktu cukup lama, paling cepat antara dua sampai tiga bulan. Sehingga pihak keluarga harus tetap bersabar merawat buah hatinya.

Rahmadi menceritakan, kondisi perekonomian keluarga yang terkena gizi buruk yang bertempat tinggal di di RT 003 RW 007 itu juga dinilai kategori miskin. Sehingga menjadi salah satu faktor karena tidak memperhatikan asupan gizi anak, untuk memberikan makanan pendamping.

===========
reporter : Abdul Gani
Editor: eliza gusmeri

Keterangan Foto: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun, Rahmadi mengunjungi balita asal Wonosari Kecamatan Meral, yang menderita gizi buruk dan telah dirawat di RSUD Muhammad Sani, Kamis kemarin (25/10)
===========