pelantar.id – Penggunaan smartphone hampir tak dapat terpisah dari kehidupan sehari-hari. Penggunaanya sudah seperti kebutuhan primer.

Alasannya, inovasi smartphone mampu mengintegrasikan kebutuhan untuk berkomunikasi baik dalam bentuk suara, gambar dan pesan.

Dulu berinternet terasa sulit dilakukan. Namun, saat ini semuanya berada dalam genggaman melebihi sekadar berinternet, seperti bermain game, menggambar, merekam video, berfoto dan banyak lagi.

Apalagi sekarang, membeli smartphone begitu mudah sehingga popularitas smartphone terus meningkat sejak berkembang pada kisaran tahun 1993.

Mungkin di antara kita banyak yang tidak sadar. Keasyikan menggunakan semua fiturnya membawa kita telah menghabiskan banyak waktu untuk menggunakannya alias candu.

Tapi, pernahkah Anda mencoba untuk rehat dari smartphone atau meletakkan smartphone sesekali? Mengapa demikian?

Hal ini karenakan baru-baru ini sebuah penelitian telah dilakukan para peneliti Universitas Heidelberg yang menggunakan mesin MRI dan menemukan bahwa seseorang yang kecanduan smartphone otaknya berubah secara fisi mirip dengan apa yang dilihat dokter pada pecandu narkoba.

Penelitian dilakukan pada 48 orang, 22 di antaranya dikategorikan memiliki kecanduan ponsel pintar.

Dikutip dari ubergizmo.com, menurut para peneliti dari Universitas Heidelberg, “Mengingat penggunaannya yang meluas dan meningkatnya popularitas, penelitian ini mempertanyakan ketidakberesan smartphone, setidaknya pada individu yang mungkin berisiko lebih tinggi untuk mengembangkan perilaku adiktif terkait smartphone.”

Temuan ini cukup mengkhawatirkan, mungkin saja dampaknya tidak diketahui secara sadar. Namun, sebaiknya sebagai pengguna sudah saatnya mengurangi penggunaan smartphone.

Untuk mengurangi dampak tersebut, perusahaan-perusahaan seperti Apple dan Google juga telah membuat fitur-fitur pada telepon dan sistem operasi yang membantu mengurangi waktu menggunakan smartphone.