Oleh: Fatuhurrohim

Pelantar.id – Penginapan ini muncul teratas pada mesin pencarian internet. Lokasinya berkisar 14 kilometer atau setengah jam dari Kota Medan.

Saat hampir tiba di lokasi tujuan, kegusaran mulai timbul. Sebab, berdasarkan panduan peta digital, jalurnya keluar dari jalan raya dan masuk ke gang pemukiman warga. Selain rumah warga, di bagian kiri dan kanan juga terlihat beberapa petak sawah dan perkebunan.

Peta digital pun menginformasikan kalau saya sudah di tempat tujuan. Benar saja, penginapan itu diapit oleh perkebunan dan beberapa rumah warga.

Bua Guesthouse namanya. Beralamat di Jl. Dakota Raya Gg. Anggrek No.2, Marindal Dua, Kec. Patumbak, Kabupaten Deli Serdang, penginapan ini sekilas tampak seperti rumah di perkotaan pada umumnya.

Pada bagian depan, terdapat taman dengan rerumputan dan beberapa pohon yang terawat. Di jalur masuk selebar tiga meter, sengaja dipasang tiang-tiang besi setinggi dua meter.

Bagian atapnya pun hanya berupa jeruji besi yang ditanami bunga thunbergia yang tumbuh merambat. Sehingga menghadirkan suasana alam sejak kali pertama pengunjung datang.

Bua Guesthouse sendiri mengusung konsep industrial dengan estetika alam yang padu dengan pepohonan di sekitarnya. Ruang kosong di tiap sudut ruangannya diisi dengan beragam tanaman hias.

Terdapat empat kamar dan satu ruang dormitory di penginapan ini. Beberapa fasilitas berupa dapur, ruang makan, jaringan internet, dan pendopo pun tersedia di sini.

Bua Guesthouse dikelola oleh pasangan Ipung dan Rama. Keduanya bertemu saat mengenyam pendidikan tinggi di Jogja dan sama-sama memiliki hobi jalan-jalan.

Rama berkisah, berdirinya Bua Guesthouse tak lepas dari kesenangan mereka berpetualang (backpacker) ke berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri.

“Bertemu dengan orang baru, bertukar cerita serta pengalaman dengan pemilik penginapan secara intim boleh jadi merupakan alasan kami mendirikan Bua Guesthouse. Pengalaman itu ingin kami bawa ke sini, selain itu karena anak-anak homeschooling, bertemu dan ngobrol dengan orang asing juga bisa menjadi media belajar bagi mereka” katanya.

Ia menerangkan, kata Bua dipilih karena anak pertamanya yang kala itu belum genap satu tahun belum fasih mengucapkan kata bunda.

“Jadi Bua itu sebenarnya berarti bunda,” katanya.

Menurut Rama, dengan potensi wisata yang ada di Kota Medan dan di Provinsi Sumatera Utara secara keseluruhan, memberikan peluang besar bagi pelaku usaha penginapan kecil seperti Bua Guesthouse.

“Pesona Danau Toba dan Pulau Samosir masih menjadi daya tarik utama wisman maupun lokal. Bahkan semenjak dibuka pada Oktober 2018 lalu, hampir 70 persen tamu di Bua Guesthouse merupakan wisman,” ungkapnya.

Tiap kamar di Bua Guesthouse dibandrol dengan harga Rp160,000 permalam, dengan fasilitas berupa kasur tipe king size, kamar mandi dalam, full ac, dan satu lemari.

Sementara untuk ruang dormitory atau dorm yang berbentuk seperti asrama dibandrol dengan harga Rp70,000 per orang per malamnya. Di ruang dorm sendiri terdapat satu buah televisi dan ratusan koleksi buku yang akan memanjakan setiap pengunjung.

Karena letaknya di antara sawah dan perkebunan, beberapa hewan liar seperti berang-berang, labi-labi, kumbang, bahkan biawak masih terlihat berseliweran di sekitar penginapan.

Bua Guesthouse juga menyediakan secara gratis dua buah sepeda onthel yang bisa digunakan untuk berkeliling mengitari sawah dan kebun atau bertegur sapa dengan masyakarat sekitar.

Fasilitas yang juga tersedia adalah menu sarapan seperti nasi goreng, roti lapis, dan mie gomak. Serta ditemani dengan teh hangat dengan campuran daun mint atau daun pagagan yang ditanam sendiri oleh pengelola.

“Juga tersedia Kopi Sidikalang yang dibeli langsung dari petaninya di Kabupaten Dairi. Semua menu bisa disesuaikan dengan selera tamu,” kata Rama.